Home » , » Difteri - Gejala, Pengobatan, Pencegahan

Difteri - Gejala, Pengobatan, Pencegahan

Apa itu difteri?

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Penyakit difteri disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan oleh bakteri C. Diphteriae. C. Diphteriae merupakan bakteri basil gram positif. Bakteri C. Diphteriae bisa memproduksi toksin apabila bakteri tersebut terinfeksi oleh virus tertentu yang membawa informasi genetik untuk memproduksi toksin. Penyakit serius disebabkan oleh strain toxigenic.
Bakteri difteri
Bakteri difteri

Epidemiologi

Pada tahun 2016, penyebaran kasus difteri terjadi di Jawa Barat yaitu di 6 Kabupaten/kota yaitu Kab. Cirebon, Kab. Majalengka, Kab. Bogor, Kota Bekasi, Cimahi, dan Kab. Indramayu. Jumlah kasus seluruhnya sampai bulan februari sebesar 14 kasus dengan kematian 2 orang.

Berdasarkan surveillance, penyakit difteri diderita oleh penderita yang tidak diimunisasi karena adanya penolakan pada orang tua. Kasus yang terjadi di Jawa Barat terjadi pada anak usia 3-14 tahun.

Pada tahun 2017 kemenkes menetapkan KLB difteri karena penyakit difteri hampir menyebar ke seluruh Indonesia hingga minggu ke-44 dengan kasus tertinggi berada pada Provinsi Jawa Timur dengan 271 kasus dan 11 kematian.
KLB difteri 2017 kemenkes
KLB difteri 2017

Penyakit difteri tidak hanya menyerang anak yang tidak diimunisasi melainkan juga dapat menyerang orang dewasa yang tidak memiliki kekebalan terhadap difteri.

Patogenesis

Seseorang dapat terinfeksi difteri pada nasofaring. Organisme tersebut memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein sel dan bertanggung jawab pada destruksi jaringan lokal daan pembentukan pseudomembran (selaput tipis) pada tenggorokan yang akan berdarah jika selaput tipis ini diambil. Apabila toksin tersebar melalui aliran darah maka dapat menyebar ke seuluruh tubuh dan menimbulkan komplikasi seperti myokarditis (radang pada otot jantung) dan neuritis (radang pada saraf) juga dapat menyebabkan penurunan trombosit (trombositopenia) dan adanya protein pada urin (proteinuria).
pseudomembran difteri
Pseudomembran difteri

Fitur klinis 

  • Masa inkubasi 2-5 hari (rentang 1-10 hari)
  • Mengenai jaringan mukosa tubuh 
  • Diklasifikasikan berdasarkan lokasi penyakit 
    • Anterior nasal 
    • Pharyngeal and tonsillar 
    • Laryngeal 
    • Cutaneous 
    • Ocular 
    • Genital 

Pada difteri pharyngeal dan tonsillar gejala muncul dengan cepat dalam 2-3 hari muncul pseudomembran pada tenggorokan. Pseudomembran ini dapat menyebabkan obstruksi/sumbatan saluran napas. Demam tidak selalu tinggi tetapi pasien tampak sangat lemah.

Gejala 

Gejala yang dirasakan pasien ketika terinfeksi difteri adalah sebagai berikut:
  • seperti penyakit flu
  • Lemas
  • Suara serak/mengorok
  • Nyeri telan
  • Demam, tapi tidak terlalu tinggi
  • Selaput putih pada tenggorokan yang berdarah apabila dikelupas
  • Napas dapat cepat/sesak karena selaput putih yang meluas dan menutup jalan napas
  • Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher (bullneck)
    bullneck difteri
    perbesaran kelenjar getah bening leher (bullneck)

Pengobatan

Pengobatan difteri harus dengan rawat inap di Rumah Sakit dengan diberikan ADS (Anti difteri serum) dan antibiotik. Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik Procaine penicillin G atau eritromisin

Pencegahan

Pencegahan penyakit difteri dapat dilakukan dengan imunisasi DPT pada anak yang dilakukan di posyandu atau puskesmas.
Orang dewasa juga dapat mendapatkan imunisasi DPT atau booster DT atau Td untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit Difteri

Difteri kemenkes

Sumber:
https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/dip.html
http://www.depkes.go.id/article/print/16021500001/imunisasi-efektif-cegah-difteri.html

1 comments: